Terlintas di benak...
Gereja telah merumuskan
seindah mungkin tentang arti doa, untuk menyatakan bahwa ternyata menusia itu
ternyata makhluk yang minta diperhatikan (walau sekedip saja mata Tuhan
padanya). Jika dilihat lebih dalam lagi, doa merupakan ungkapan jiwa manusia
yang merasa dirinya ada hubungan dengan Yang Kuasa (Tuhan). Doa mengakar karena
pewartaan, dan pewartaan terjadi di tengah-tengah kebudayaan masyarakat di
dalamnya.
Sekalipun itu masyarakat
(pribadi) yang "belum" mengenal agama, dia terlebih dahulu tahu
bagaimana caranya melakukan komunikasi dengan "yang maha tinggi" atau
"yang maha kuasa". Namun sayang, oleh orang-orang yang
mengatasnamakan dirinya taat dan percaya pada Tuhan, cara orang yang belum
mengenal agama ini dinilai "menyembah berhala" atau sebagian lagi
dilihat sebagai bentuk Animisme.
Ingat, agama berkembang di
tengah-tengah kebudayaan yang telah mengakar sejak manusia mengenal dirinya
memiliki akal dan budi serta kehendak bebas. Budaya terlebih dahulu dari agama;
maka SALAH TOTAL jika ada pendapat yang menilai masyarakat lokal beraliran
animisme dan menyembah berhala. Di Indonesia banyak sekali hal ini terjadi,
misalnya: Penyegelan tempat ibadah, pembakaran tempat-tempat praktek ibadah,
serta men-cap orang yang tidak beragama sebagai animisme dan harus dimusnahkan.
hmmmmmmmmmm...... saya jadi kawatir, orang Farisi zaman Yesus ternyata ada juga
di Indonesia, dan siapa kali ini yang akan mereka salibkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda disini...